HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST )
Pengertian :
- Terhentinya sirkulasi darah normal akibat kegagalan jantung untuk memompa atau kontraksi secara efektif
- Cardiac Arrest berbeda dengan Heart Attack yaitu terjadi karena penurunan aliran darah ke otot jantung sehingga menimbulkan manifestasi gangguan jantung
- Terhentinya sirkulasi darah menghentikan transport oksigen ke tubuh. Kekurangan oksigen di otak mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran. Apabila otak tidak mendapat suplay oksigen 5 menit atau lebih akan mengakibatkan gangguan permanen atau kematian jaringan otak.
- Pada kasus Cardiac Arrest harus dilakukan penanganan dengan segera mungkin, yaitu dengan pijatan jantung paru (CPR) diikuti dengan defibrillator (DC Shock) bila diperlukan.
Klaisfikasi :
- Shockable : apabila ritme elektrokardiografi menggambarkan Ventrikel Fibrilasi dan atau Supra Ventrikel Tachycardi.
- Non Shockable : apabila ritme elektrokardiografi menggambarkan bradycardi, assystole, dll.
Tanda dan gejala :
- Tiba-tiba jantung berhenti memompa darah dengan memeriksa pada arteri karotis tidak adanya denyut nadi, bila tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menyebabkan kematian.
- Pasien tidak sadar diakibatkan oleh tidak adequatnya perfusi pada otak.
- Nafas agonal diikuti dengan henti nafas (apnoe)
Penyebab :
- Penyakit jantung koroner menyebabkan Sudden Cardiac Arrest ± 60 – 70% pada orang dewasa, ±30% disebabkan oleh Ischemia.
- Non Ischemia : cardiomyopathy, gangguan ritme jantung, gangguan jantung kongestif, myocarditis, hipertropi cardio myopathi.
- Non Cardiac : Trauma, Intra Cranial Bleeding, Overdosis, pasien tenggelam, emboli paru-paru
- Hipovolemia, hypoxia, asidosis, hiper/hipo kalemia, hypothermia, hiper/hipo glikemia.
- Toxin, tamponade jantung, tension pneumothorax, thrombosis.
- Resiko tinggi : perokok, tidak pernah olahraga, kegemukan, kencing manis, dan keturunan.
Pencegahan :
- Diet yang baik, olahraga yang teratur, berhenti merokok, kontrol tekanan darah secara rutin, dan cek kadar kolesterol darah.
Penanganan :
- Resusitasi jantung paru yang mengacu pada Basic Life Support sesuai dengan Standar Prosedur Operasional.
- Berikan bantuan ventilasi sebanyak 2 kali, bantu dengan pemasangan oro faringeal tube.
- Bila dalam 5 detik tidak ada nadi segera dilakukan pijatan jantung luar dengan perbandingan 30 : 2 baik oleh 1 maupun 2 penolong.
- Tindakan intubasi dalam study kasus tidak ditemukan dapat membantu penyelamatan pasien secara signifikan saat terjadi cardiac arrest, apabila dilakukan intubasi pada pre hospital malah bisa memperburuk kondisi pasien.
- DC Shock dilakukan apabila ditemukan ritme jantung menggambarkan VF dan atau SVT.
- Obat-obatan : Epinephrine, Atropine, dan amiodarone. Epinephrine diberikan secara IV dengan dosis 1 mg, dapat diulang setelah 3 – 5 menit selama dilakukan Resusitasi Jantung Paru.
- Apabila berhasil jaga perfusi dengan pemberian inotropik (dobutamin) dikombinasi dengan vasopressor (Nor epinephrine).
Prinsip-prinsip
penanganan Cardiac Arrest :
- Mengenal secara dini penyakit sebelum terjadinya cardiac arrest
- Resusitasi Jantung Paru secara tepat dan cepat dan pemberian oksigenasi yang adequate
- Defibrilasi dengan segera bila jantung menggambarkan Ventrikel Fibrilasi dan Supra Ventrikel Tachycardi.
- ACLS dengan segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar